Monday, May 21, 2007

Ghost Town Concrete: mallrats

Menanggapi postingan Joe, saya jadi berpikir iya ya dari hari ke hari mall semakin bertambah sedangkan lahan untuk membangun mall-mall tersebut menjadi semakin menyempit. Kira-kira kalau semua lahan telah dipenuhi mall, mungkin ngak ya nanti-nantinya akan terjadi penggusuran massal (yg mana sering terjadi) pada rumah-rumah warga dengan dalih akan digantikan dengan tempat tinggal yang baru (which is pretty much bullcrap). Uhm, developer-developer properti ini serasa meluluh-lantahkan seantero Jakarta dengan propaganda mall-isme yang manis dan dibumbui dengan iming-iming kenaikan bunga dengan jumlah tertentu. Ironisnya, kita sendiri seakan dibuai dan terlena oleh budaya mall, ya kalau weekend ga usah jauh2 deh...klo ada mall terdekat pastilah kita langsung melanglang buana menuju kesitu (hayo ngaku yang suka jalan hahaha). Mall telah menjadi salah satu budaya neo-kapitalisme yang sulit untuk kita lepaskan (biar bagaimanapun juga), dan hal ini menimbulkan kekhawatiran terbesar saya...akankah anak saya nantinya akan menjadi lebih liar dalam hal pergi dan melacurkan diri hanya untuk sebuah kata - eksis. Fenomena lain yang saya temui adalah, tingkat tendensi anak muda yang pergi ke mall dengan tujuan yang tidak menentu, ada yang nangkring, ada yang nyari gebetan, ada yang mejeng (bareng geng-geng nya...dan kemudian lebih banyak naik turun eskalator untuk membunuh waktu, halah), ada juga yang menebar pesona (dengan pakaian yang aduhai mabuhai deh pokoknya...gila tipe2 ini abis nih sama jengki2 ojek yang nakal/buaya darat). Huhu, gila ya klo dipikir-pikir, apa gunanya sih ke mall? apa kaedahnya sih buat kita? kalau memang ada perlu, mungkin itu bisa dimaklumi, tapi seriously I wanna know...apa sih yang membuat mall itu begitu menarik? apakah set dekorasinya? apakah karena disana anda bisa menemui artis papan atas favorit anda? ataukah karena lantainya yang membuat anda merasa dilangit ketujuh? ataukah mungkin anda hanya sekedar melepas letih? apakah budaya mall telah merasuki otak kita? jawabannya ada didalam diri anda, seyogyanya kita patut waspada dalam menjadikan mall sebagai satu-satunya prioritas keseharian anda, karena jika mall-mall ini sudah tidak ada lagi....kemanakah anda akan berpijak? masih banyak tempat lain yang bisa dikunjungi, ayo carilah alternatif yang lain! this is your wake up call.

PS: excuse me for the bullshit that I said haha, I know this is one man's point of view but what can I say, I'm pretty pissed and feeling ironic myself. duh

2 comments:

Anonymous said...

Jan, kayaknya budaya ngemall tuh hanya untuk ornag Indonesia deh. Kayaknya kalo bule bule mo ke mall gitu, pake pakaiannya biasa aja gitu. Celana pendek ama sendal juga jadi. Dulu saya pernah dimarahin abis abisan, katanya membawa malu ketikqa masuk mall pake sendal jepit. halah...

Basically budaya "shopping" sih. Kalo di luar negri, orang toko toko "modern" itu bukan cuma di mall, tapi di mana mana. Orang bakal lebih keren kalo masuk toko merk ternama gitu. haha

Mall dibangun tiap tahun, orang pasti pengen pergi ke mall yang baru biar lebih bergengsi, mall yang lama jadi sepi... trus kenapa dibangun, kalau misalkan bakal sepi juga?

Anonymous said...

word up my brother. that's exactly what i was thinking.